Monday, March 16, 2009

PR dan Pelajaran Sulit


PR beban bagi anak

PR bisa mempengaruhi ( meningkatkan / menurunkan ) prestasi belajar / kompetensi. Hal ini dapat dilihat dari :
1. Maksud istilah prestasi belajar / kompetensi.
Pengertian prestasi belajar harus dioperasionalkan dalam bentuk out put / hasil yang ingin dicapai, cara pencapaiannya, metode balajar mengajar yang digunakan, kriteria keberhasilan dan cara pengukurannya.
2. Tujuan PR dan jenis aktivitas yang diberikan.
PR yang diberikan karena materi tidak dapat dituntaskan dikelas akan lebih membebani siswa. Sebaiknya memberikan PR dengan tujuan memperkaya / memperdalam materi yang sudah dipelajari.
3. Volime tugas yang harus diselesaikan anak dalam satuan waktu tertentu.
Anak merasa sengsara jika PR atau tugas yang diberikan terlalu banyak, maka PR / tugas tersebut dirasa tidak memberinya manfaat.
4. Karakteristi diri anak
Jika PR / tugas yang diberikan sesuai dengan potensi dan minat anak, maka akan bermanfaat meningkatkan kompetensi anak. Demikian juga sebaliknya.
Menurut pendapat beberapa siswa :
• PR dapat meningkatkan kemampuan akademis. PR pada dasarnya diberikan kepada siswa untuk membentu mereka mengembangkan kemampuan dan memahami materi pelajaran yang diberikan disekolah.
• Dengan PR anak merasa bisa memahami pelajarn lebih mudah dan menambah pengetahuan baru baginya
• Menambah pengetahuan. Stimulasi melalui kegiatan kreatif memungkinkan anak untuk lebih mudah menerima pelajran, terutama pelajaran yang sulit bagi anak. Tetapi tidak semua pengajar bisa mengajar dengan kreatif. Kultur yang ada disekolah telah membiasakan anak merasa bahwa PR adalah suatu kewajiban yang mesti dipenuhi, berapapun jumlahnya dan betapa pun sulitnya mesti diselesaikan karena hukuman akan diberikan jika tidak mengerjakannya. PR adalah sarana bagi anak untuk mengembangkan kemampuan akademis sekaligus menambah pengetahuannya. Segala upaya baik dari sekolah maupun orang tua , hendaknya diarahkan pada satu tujuan yang sama, yaitu demi kemajuan anak.
Sekolah bukan pusat penderitaan anak Kebanyakan sekolah umum yang ada cenderung membebani anak dengan kegiatan belajar. Padahal anak juga butuh waktu libur. Fungsi PR semestinya menjadi pertalian antara sekolah dan orang tua untuk bisa bersama – sama mendampingi proses belajar anak. PR yang diberikan mesti sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak, memungkinkan anak memperoleh pengetahuan baru, membaca ulang untuk memperdalam pengetahuan, serta memperkukuh keahlian baru yang diperoleh. Sistim pendidikan di Indonesia belum dapat memberikan apa yang dibutuhkan oleh siswanya. Yang dilakukan adalah memberikan segala macam pengetahuan dengan porsi yang tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan kebutuhan anak, tidak mengali kemampuan dan potensi pribadi setiap murid.

Hampir semua guru memberikan PR dengan tujuan memencing anak untuk belajar kembali saat dirumah. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi PR tidak harus berwujud tulis menulis ataupun hitungan tetapi juga tugas melakukan kegiatan. Kokulikuler terdiri dari dua jenis PR. Pertama, PR yang membahas pelajaran yang telah diberikan. Kedua, mengenai pelajaran yang belum pernah diajarkan karena memang bertujuan memancing rasa ingin tau anak dengan mencari jawaban sendiri dirumah. PR punya porsi yang penting karena menjadi kontribusi bagi nilai rapor. Agar PR tidak menjadi beban bagi anak, guru juga harus melihat jumlahnya, tingkat kesulitan PR dan sanksi yang diberikan punya akses membebani anak.
Guru memberikan PR untuk membantu anak mengembangkan kemampuan dalam memahami materi pelajaran. Semakin sering anak berlatih secara serius, ia akan semakin memiliki kompetensi di bidang yang dipelajarinya. Banyaknya PR sangat mungkin mengakibatkan anak menjadi bingung, kewalahan dalam membagi waktu, dan tidak optimal dalam belajar. Anak menjadi asal – asalan dalam mengerjakan PR karena hanya untuk memenuhi harapan guru, bukan untuk meningkatkan kompetensi. Kebiasaan belajar adalah pola prilaku dalam belajar menyangkut pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang besar pengaruhnya dalam kehidupan seseorang. Salah satu kebiasaan belajar adalah dengan memberikan PR kepada anak oleh guru dalam kerjasama dengan orang tua. PR mesti disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan perkembangan anak. Banyak anak menjadi tidak senang sekolah karena merasa terbebani banyak tugas. Sekolah merupakan penyiksaan bagi dirinya, bukan upanya untuk mengembangkan kompetensi di bidang keilmuan dan di bidang kepribadiannya. Pemberian tugas / PR sebaiknya yang variatif dan eksploratif akan mengembangkan aspek kognitif, afeksi, dan psikomotor. Ilmu yang diajarkan sebaiknya disertai contoh konkret dalam kehidupan sehari – hari. Dengan melakukan percobaan anak akan memperoleh pengalaman belajar yang relative bertahan lama dalam ingatanya. PR dengan metode ini menarik bagi siswa dan semakin meningkatkan kompetensinya. Orang tua mempunyai peranan penting dalam mendampingi anak belajar dirumah. Orang tua bisa menjadi mediator anak dan guru di sekolah dalam menyelesaikan masalah yang muncul dalam perkembangan belajarnya disekolah. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan guru dalam memberikan PR yaitu :
• PR yang diberikan jangan terlalu banyak, sehingga anak mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan pelajaran lain.
• PR yang diberikan harus diperiksa.
• Pujian / pengukuhan harus diberikan kepada siswa sebagai bentuk penghargaan guru atas kerja keras siswa.
• Pada hari Sabtu dan hari – hari libur sebaiknya anak dibebaskan dari PR supanya ia bisa menikmati hari libur tanpa beban.
Keberhasialan mengerjakan PR tergantung pada ada tidaknya minat terhadap hal tersebut. Anak yang memeiliki minat terhadap sesuatu terlihat semangat, antusias, dan dijalani dengan penuh kegembiraan. Minat merupakan sumber motivasi sehingga orang yang memiliki minat tidak pernah kehabisan motivasi untuk melakukan hal tersebut. Minat akan muncul kalau seseorang mendapatkan manfaat dengan melakukan hal yang diminati. Agar sesuatu yang dipelajari menarik minat anak, maka guru dan orang tua perlu memberikan penjelasan bahwa materi yang dipelajari memberi manfaat bagi hiduonya dan menyajikan materi secara menarik dan bersentuhan dengan kehidupan anak. Salah satu penyebab anak malas mengerjaka PR adalah kurangnya dukungan dari orang- oaring disekitarnya, kondisi fisik anak yang lelah dam mengantuk. Mengingat daya tahan anak untuk berfikir masaih terbatas, jika jumlah PR tidak hanya satu, pengerjaannya bisa dibagi menjadi dua tahap. Yaitu mengerjakan dulu pelajaran A, lalu diselingi aktifitas tertentu yang menyegarkan anak, baru kemudian mengerjakan PR mata pelajaran B. Pendidikan anak adalah tangung jawab orang tua , sekolah, dan masyarakat. Melalui PR anak juga mengembangkan rasa tangung jawab, disiplin, dan dapat memberikan kegembiraan, kesenangan, rasa puas, berprestasi ketika ia dapat mengerjakan dengan baik.

Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan, dan nilai – nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan tindakan. Kompetansi dapat berupa pernyataan tentang apa yang dapat dilakukan siswa secara terus – menerus dalam mata pelajaran tertentu. Tujuan pendidikan yang berbasis kompetensi adalah membantu siswa mencapai tingkat kompetensi yang maksimal, menguasai sebanyak mungkin kompetensi dan mencapainya dalam waktu yang seminimal mungkin. Ada beberapa factor yang mempengaruhi pencapaian kompetensi :
1. factor internal anak :
Kompetensi awal anak : Setiap anak memiliki dasar kemampuan yang berbeda – beda meskipun mereka berada di satu kelas yang sama.
Gaya belajar : Pelajar bergaya visual, pelajar bergaya auditorial ataupun pelajar bergaya kinestetik.
Gaya berfikir : Sekuensial konkrit dengan cirri – cirri realitas, teratur, langsung permasalahan, praktis. Sekuensial abstrak dengan cirri – cirri analitis, kritis, akademis, sistimatis. Acak abstark dengan cirri – cirri imajinatif, adaptif, suka mengait-ngaitkan, personal. Acak konkret bercirikan investigative, rasa ingin tahu, pencipta, petualang.
2. Faktor eksternal anak : metode belajar, kualitas guru, lingkungan social yang meliputi keluarga dan masyarakat.
PR mempunyai kemungkinan dapat meningkatkan kompetensi anak, selama PR didesain sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kondisi anak dan diberikan dalam suasana yang menyenangkan. PR juga mengandung nilai – nilai yang bermanfaat untuk membangun karakter pribadi diantaranya yaitu : tanggung jawab, kemandirian, manajemen waktu, percaya diri, problem solving.


Meraih kompetensi dengan cara menyenangkan

Sekolah punya peranan penting untuk membantu agar anak mempunyai kompetensi dan mengembangkan kompetansinya lebih baik. Sekolah membantu mengembangkan kompetensi dengan cara : lewat proses pembelajaran di sekolah, artinya guru membantu siswa agar mau belajar sendiri, mengolah bahan sendiri, dan mengekspresikan kemampuanya. Lewat pemberian PR.

Menurut KBK kita mengembangkan empat pilar dalam belajar yaitu belajar untuk mengeri, belajar untuk melakukan sesuatu, belajar untuk hidup bersama, dan menjadi dirinya sendiri. Anak sebaiknya mengerjakan PRnya sendiri supanya kompetensinya berkembang, jadi orang tua jangan mengerjakan PR anak. PR masih dibutuhkan oleh anak – anak Indonesia kerana anak – anak belum bisa belajar sendiri dan waktu belajar di sekolah terbatas. Tetapi anak juga harus mempunyai waktu untuk bermain dan mengerjakan sesuatu yang mereka senangi.
Dalam kurikulum 1994 yang berbasis meteri (KBM) pembelajaran cenderung terpusat pada guru, guru dominan ceramah, pembelajaran dalam KBK terpusat pada siswa dengan pendekatan dan metode bervariasi. Menirut KBM guru menajadi sumber informasi utama dan pentransfer pengetahuan, sedangkan menurut KBK peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan creator. Guru berperan memfasilitasi anak dengan menciptakan suasana, merancang kegiatan, menyediakan sumber belajar, dan menuntun anak agar berhasil mengontruksi pengetahuannya.

Mengahdapi pelajaran yang sulit, pengunaan alat – alat peraga dirasa sangat membantu menyederhanakan konsep – konsep yang harus diketahui anak.
Setiap anak diciptakan dengan kekhasan yang masing – masing. Tentu saja kita tidak bisa meminta bahwa seorang anak mesti baikdi semua bidang. Dengan mengasah keunikan pada masing – masing anak, dengan memenuhi kebutuhan meraka yang berbeda – beda setiap anak akan menjadi cemerlang di bidangnya masing – masing.

Setiap ak memiliki sifat ingin tahu dan ingin mempelajari banyak hal. Dalam kondisi senang, apa yang diserap anak juga akan jauh lebih efektif disbanding bila anak belajar dalam kondisi bosan, terpaksa, gahkan tertekan. Kegiatan belajar yang dirancang oleh guru harus tetap berpusat pada anak, membuat anak aktif mengunakan seluruh indra, verbal, serta motoriknya. Unsur – unsure bermain bisa kita bawa dalam proses belajar. Proses belajar yang berpusat pada anak sangat penting bagi terciptanya suasana belajar yang menyenangkan. Interaksi dengan teman sebaya memungkinkan teman yang punya pengetahuan lebih menularkan pada teman yang lain. Ungkapan verbal guru juga dapat mempengaruhi keaktifan anak dalam usaha memahami apa yang diberikan. Orang tua bisa berperan sebagai sumber ide agar kegiatan belajar menjadi lebih kreatif dan menyenangkan. Orang tua juga bisa memberikan saran pada guru tentang alternative tempat – tempat yang bisa dijadikan kegiatan belajar diluar kelas bagi anak. (DEWI)

No comments:

Post a Comment