Showing posts with label artikel. Show all posts
Showing posts with label artikel. Show all posts

Friday, January 28, 2011

Sekolahku

Indah nian engkau berdiri
Tak bosan aku pandangi
Setiap saat, setiap waktu
Disamping gereja engkau berada
Aku senang ada disana
Tempat aku belajar
Tempat aku bermain
Tak henti aku bersyukur
Terima kasih, Tuhan

Karya : Johan Vito
Kelas IV A . SD Kanisius Sidowayah Klaten
Jl. Andalas 26 Klaten

Sunday, September 6, 2009

Pendidikan Budi Pekerti Disekolah




Surat kabar maupun TV yang banyak menyajikan berita - berita mengenai kekerasan di lingkungan sekolah baik yang dilakukan oleh guru terhadap murid ataupun murid dengan sesama murid menjadi hal yang sangat memprihatinkan di dunia pendidikan. Sekolah yang seharusnya mencetak orang - orang intelektual dengan budi pekerti yang luhur, malah menjadi lembaga yang memperlihatkan kekerasan. Mungkinkah ada yang salah dengan sistim pendidikan di sekolah ?.

Pendidikan Budi Pekerti sebaiknya menjadi kurikulum/ pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah, sejajar dengan pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Indonesia dll. Guru sebaiknya juga memberi contoh yang baik terhadap murid, yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Jangan sampai guru hanya mengajar tentang budi pekerti lewat kata - kata saja, tetapi kelakuannya sendiri tidak baik.

Tugas yang membebani murid



Zaman sekarang banyak murid yang merasa terbebani dengan tugas belajar di sekolah. Mereka merasa terbebani dengan PR yang begitu banyak dan pelajaran yang semakin sulit. Hal ini dapat dilihat dari keceriaan murid yang cenderung menurun dan keinginan anak untuk segera pulang ataupun istirahat saat pelajaran masih berlangsung. Mereka merasa tertekan dan merasa bahwa sekolah merupakan siksaan baginya.

Untuk itu guru harus pandai - pandai dalam mengunakan metode belajar agar murid menjadi kerasan dan senang dengan pelajaran di sekolah. Guru juga harus bersikap baik / menyenangkan bagi murid, jangan meremehkan ataupun keluar kata - kata " bodoh " dari seorang guru kepada muridnya. Sebab hal itu bisa membuat murid menjadi tidak percaya diri/ minder dan akirnya murid semakin tertekan.

Monday, March 16, 2009

PR dan Pelajaran Sulit


PR beban bagi anak

PR bisa mempengaruhi ( meningkatkan / menurunkan ) prestasi belajar / kompetensi. Hal ini dapat dilihat dari :
1. Maksud istilah prestasi belajar / kompetensi.
Pengertian prestasi belajar harus dioperasionalkan dalam bentuk out put / hasil yang ingin dicapai, cara pencapaiannya, metode balajar mengajar yang digunakan, kriteria keberhasilan dan cara pengukurannya.
2. Tujuan PR dan jenis aktivitas yang diberikan.
PR yang diberikan karena materi tidak dapat dituntaskan dikelas akan lebih membebani siswa. Sebaiknya memberikan PR dengan tujuan memperkaya / memperdalam materi yang sudah dipelajari.
3. Volime tugas yang harus diselesaikan anak dalam satuan waktu tertentu.
Anak merasa sengsara jika PR atau tugas yang diberikan terlalu banyak, maka PR / tugas tersebut dirasa tidak memberinya manfaat.
4. Karakteristi diri anak
Jika PR / tugas yang diberikan sesuai dengan potensi dan minat anak, maka akan bermanfaat meningkatkan kompetensi anak. Demikian juga sebaliknya.
Menurut pendapat beberapa siswa :
• PR dapat meningkatkan kemampuan akademis. PR pada dasarnya diberikan kepada siswa untuk membentu mereka mengembangkan kemampuan dan memahami materi pelajaran yang diberikan disekolah.
• Dengan PR anak merasa bisa memahami pelajarn lebih mudah dan menambah pengetahuan baru baginya
• Menambah pengetahuan. Stimulasi melalui kegiatan kreatif memungkinkan anak untuk lebih mudah menerima pelajran, terutama pelajaran yang sulit bagi anak. Tetapi tidak semua pengajar bisa mengajar dengan kreatif. Kultur yang ada disekolah telah membiasakan anak merasa bahwa PR adalah suatu kewajiban yang mesti dipenuhi, berapapun jumlahnya dan betapa pun sulitnya mesti diselesaikan karena hukuman akan diberikan jika tidak mengerjakannya. PR adalah sarana bagi anak untuk mengembangkan kemampuan akademis sekaligus menambah pengetahuannya. Segala upaya baik dari sekolah maupun orang tua , hendaknya diarahkan pada satu tujuan yang sama, yaitu demi kemajuan anak.
Sekolah bukan pusat penderitaan anak Kebanyakan sekolah umum yang ada cenderung membebani anak dengan kegiatan belajar. Padahal anak juga butuh waktu libur. Fungsi PR semestinya menjadi pertalian antara sekolah dan orang tua untuk bisa bersama – sama mendampingi proses belajar anak. PR yang diberikan mesti sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak, memungkinkan anak memperoleh pengetahuan baru, membaca ulang untuk memperdalam pengetahuan, serta memperkukuh keahlian baru yang diperoleh. Sistim pendidikan di Indonesia belum dapat memberikan apa yang dibutuhkan oleh siswanya. Yang dilakukan adalah memberikan segala macam pengetahuan dengan porsi yang tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan kebutuhan anak, tidak mengali kemampuan dan potensi pribadi setiap murid.

Hampir semua guru memberikan PR dengan tujuan memencing anak untuk belajar kembali saat dirumah. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi PR tidak harus berwujud tulis menulis ataupun hitungan tetapi juga tugas melakukan kegiatan. Kokulikuler terdiri dari dua jenis PR. Pertama, PR yang membahas pelajaran yang telah diberikan. Kedua, mengenai pelajaran yang belum pernah diajarkan karena memang bertujuan memancing rasa ingin tau anak dengan mencari jawaban sendiri dirumah. PR punya porsi yang penting karena menjadi kontribusi bagi nilai rapor. Agar PR tidak menjadi beban bagi anak, guru juga harus melihat jumlahnya, tingkat kesulitan PR dan sanksi yang diberikan punya akses membebani anak.
Guru memberikan PR untuk membantu anak mengembangkan kemampuan dalam memahami materi pelajaran. Semakin sering anak berlatih secara serius, ia akan semakin memiliki kompetensi di bidang yang dipelajarinya. Banyaknya PR sangat mungkin mengakibatkan anak menjadi bingung, kewalahan dalam membagi waktu, dan tidak optimal dalam belajar. Anak menjadi asal – asalan dalam mengerjakan PR karena hanya untuk memenuhi harapan guru, bukan untuk meningkatkan kompetensi. Kebiasaan belajar adalah pola prilaku dalam belajar menyangkut pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang besar pengaruhnya dalam kehidupan seseorang. Salah satu kebiasaan belajar adalah dengan memberikan PR kepada anak oleh guru dalam kerjasama dengan orang tua. PR mesti disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan perkembangan anak. Banyak anak menjadi tidak senang sekolah karena merasa terbebani banyak tugas. Sekolah merupakan penyiksaan bagi dirinya, bukan upanya untuk mengembangkan kompetensi di bidang keilmuan dan di bidang kepribadiannya. Pemberian tugas / PR sebaiknya yang variatif dan eksploratif akan mengembangkan aspek kognitif, afeksi, dan psikomotor. Ilmu yang diajarkan sebaiknya disertai contoh konkret dalam kehidupan sehari – hari. Dengan melakukan percobaan anak akan memperoleh pengalaman belajar yang relative bertahan lama dalam ingatanya. PR dengan metode ini menarik bagi siswa dan semakin meningkatkan kompetensinya. Orang tua mempunyai peranan penting dalam mendampingi anak belajar dirumah. Orang tua bisa menjadi mediator anak dan guru di sekolah dalam menyelesaikan masalah yang muncul dalam perkembangan belajarnya disekolah. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan guru dalam memberikan PR yaitu :
• PR yang diberikan jangan terlalu banyak, sehingga anak mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan pelajaran lain.
• PR yang diberikan harus diperiksa.
• Pujian / pengukuhan harus diberikan kepada siswa sebagai bentuk penghargaan guru atas kerja keras siswa.
• Pada hari Sabtu dan hari – hari libur sebaiknya anak dibebaskan dari PR supanya ia bisa menikmati hari libur tanpa beban.
Keberhasialan mengerjakan PR tergantung pada ada tidaknya minat terhadap hal tersebut. Anak yang memeiliki minat terhadap sesuatu terlihat semangat, antusias, dan dijalani dengan penuh kegembiraan. Minat merupakan sumber motivasi sehingga orang yang memiliki minat tidak pernah kehabisan motivasi untuk melakukan hal tersebut. Minat akan muncul kalau seseorang mendapatkan manfaat dengan melakukan hal yang diminati. Agar sesuatu yang dipelajari menarik minat anak, maka guru dan orang tua perlu memberikan penjelasan bahwa materi yang dipelajari memberi manfaat bagi hiduonya dan menyajikan materi secara menarik dan bersentuhan dengan kehidupan anak. Salah satu penyebab anak malas mengerjaka PR adalah kurangnya dukungan dari orang- oaring disekitarnya, kondisi fisik anak yang lelah dam mengantuk. Mengingat daya tahan anak untuk berfikir masaih terbatas, jika jumlah PR tidak hanya satu, pengerjaannya bisa dibagi menjadi dua tahap. Yaitu mengerjakan dulu pelajaran A, lalu diselingi aktifitas tertentu yang menyegarkan anak, baru kemudian mengerjakan PR mata pelajaran B. Pendidikan anak adalah tangung jawab orang tua , sekolah, dan masyarakat. Melalui PR anak juga mengembangkan rasa tangung jawab, disiplin, dan dapat memberikan kegembiraan, kesenangan, rasa puas, berprestasi ketika ia dapat mengerjakan dengan baik.

Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan, dan nilai – nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan tindakan. Kompetansi dapat berupa pernyataan tentang apa yang dapat dilakukan siswa secara terus – menerus dalam mata pelajaran tertentu. Tujuan pendidikan yang berbasis kompetensi adalah membantu siswa mencapai tingkat kompetensi yang maksimal, menguasai sebanyak mungkin kompetensi dan mencapainya dalam waktu yang seminimal mungkin. Ada beberapa factor yang mempengaruhi pencapaian kompetensi :
1. factor internal anak :
Kompetensi awal anak : Setiap anak memiliki dasar kemampuan yang berbeda – beda meskipun mereka berada di satu kelas yang sama.
Gaya belajar : Pelajar bergaya visual, pelajar bergaya auditorial ataupun pelajar bergaya kinestetik.
Gaya berfikir : Sekuensial konkrit dengan cirri – cirri realitas, teratur, langsung permasalahan, praktis. Sekuensial abstrak dengan cirri – cirri analitis, kritis, akademis, sistimatis. Acak abstark dengan cirri – cirri imajinatif, adaptif, suka mengait-ngaitkan, personal. Acak konkret bercirikan investigative, rasa ingin tahu, pencipta, petualang.
2. Faktor eksternal anak : metode belajar, kualitas guru, lingkungan social yang meliputi keluarga dan masyarakat.
PR mempunyai kemungkinan dapat meningkatkan kompetensi anak, selama PR didesain sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kondisi anak dan diberikan dalam suasana yang menyenangkan. PR juga mengandung nilai – nilai yang bermanfaat untuk membangun karakter pribadi diantaranya yaitu : tanggung jawab, kemandirian, manajemen waktu, percaya diri, problem solving.


Meraih kompetensi dengan cara menyenangkan

Sekolah punya peranan penting untuk membantu agar anak mempunyai kompetensi dan mengembangkan kompetansinya lebih baik. Sekolah membantu mengembangkan kompetensi dengan cara : lewat proses pembelajaran di sekolah, artinya guru membantu siswa agar mau belajar sendiri, mengolah bahan sendiri, dan mengekspresikan kemampuanya. Lewat pemberian PR.

Menurut KBK kita mengembangkan empat pilar dalam belajar yaitu belajar untuk mengeri, belajar untuk melakukan sesuatu, belajar untuk hidup bersama, dan menjadi dirinya sendiri. Anak sebaiknya mengerjakan PRnya sendiri supanya kompetensinya berkembang, jadi orang tua jangan mengerjakan PR anak. PR masih dibutuhkan oleh anak – anak Indonesia kerana anak – anak belum bisa belajar sendiri dan waktu belajar di sekolah terbatas. Tetapi anak juga harus mempunyai waktu untuk bermain dan mengerjakan sesuatu yang mereka senangi.
Dalam kurikulum 1994 yang berbasis meteri (KBM) pembelajaran cenderung terpusat pada guru, guru dominan ceramah, pembelajaran dalam KBK terpusat pada siswa dengan pendekatan dan metode bervariasi. Menirut KBM guru menajadi sumber informasi utama dan pentransfer pengetahuan, sedangkan menurut KBK peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan creator. Guru berperan memfasilitasi anak dengan menciptakan suasana, merancang kegiatan, menyediakan sumber belajar, dan menuntun anak agar berhasil mengontruksi pengetahuannya.

Mengahdapi pelajaran yang sulit, pengunaan alat – alat peraga dirasa sangat membantu menyederhanakan konsep – konsep yang harus diketahui anak.
Setiap anak diciptakan dengan kekhasan yang masing – masing. Tentu saja kita tidak bisa meminta bahwa seorang anak mesti baikdi semua bidang. Dengan mengasah keunikan pada masing – masing anak, dengan memenuhi kebutuhan meraka yang berbeda – beda setiap anak akan menjadi cemerlang di bidangnya masing – masing.

Setiap ak memiliki sifat ingin tahu dan ingin mempelajari banyak hal. Dalam kondisi senang, apa yang diserap anak juga akan jauh lebih efektif disbanding bila anak belajar dalam kondisi bosan, terpaksa, gahkan tertekan. Kegiatan belajar yang dirancang oleh guru harus tetap berpusat pada anak, membuat anak aktif mengunakan seluruh indra, verbal, serta motoriknya. Unsur – unsure bermain bisa kita bawa dalam proses belajar. Proses belajar yang berpusat pada anak sangat penting bagi terciptanya suasana belajar yang menyenangkan. Interaksi dengan teman sebaya memungkinkan teman yang punya pengetahuan lebih menularkan pada teman yang lain. Ungkapan verbal guru juga dapat mempengaruhi keaktifan anak dalam usaha memahami apa yang diberikan. Orang tua bisa berperan sebagai sumber ide agar kegiatan belajar menjadi lebih kreatif dan menyenangkan. Orang tua juga bisa memberikan saran pada guru tentang alternative tempat – tempat yang bisa dijadikan kegiatan belajar diluar kelas bagi anak. (DEWI)

GURU YANG IDEAL



Menjadi guru yang ideal ternyata tidak mudah karena tugas guru bukan hanya memberikan pelajaran ilmu pengetahuan saja, tetapi juga dituntut untuk mendidik, membimbing dan membentuk karakter yang baik bagi para siswanya. Maka hendaknya setiap guru mampu meningkatkan kualitas pribadinya menjadi guru yang cerdas intelektualnya, cerdas emosinya dan juga cerdas spiritualnya. Guru yang cerdas intelektualnya akan mampu mengajar dengan berbagai cara. Misalnya cara visual. Hal ini cocok bagi anak – anak yang tipe visual. Yang berarti anak dengan mudah menyerap pelajaran dengan mengandalkan mata. Cara audio ( ceramah ), cocok bagi anak –anak tipe audio yaitu anak didik yang mampu menyerap pelajaran dengan mudah dengan mengandalkan telinga. Atau mengajar dengan mengunakan alat peraga. Hal ini cocok bagi anak dengan tipe kinestesi, yaitu belajar dengan banyak melakukan gerakan anggota badan ( Quantum Teaching, Dobbi Peporter ). Bila guru menerapkan ketiga cara mengajar tersebut maka besar kemungkinan semua anak didiknya akan mengalami perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu diharapkan guru juga kreatif. Guru kreatif adalah guru yang banyak akal dalam melaksanakan tugas kesehariannya sebagai pendidik. Sedangkan guru yang hanya mengajar secara monoton tidak bisa disebut kreatif. Guru yang kreatif merasa dirinya harus belajar terus dan harus menguasai berbagai metode mengajar. Guru yang seperti ini tidak mudah puas dengan apa yang sudah diperoleh dan diterapkannya dalam mengajar. Siswa tidak akan merasa bosan bila diajar oleh guru yang kreatif.

Tetapi guru juga manusia biasa. Dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik mereka memiliki gaya yang berbeda – beda. Pada dasarnya ada tiga gaya guru dalam mengajar:
1. Gaya otoriter. Guru yang otoriter selama dalam kegiatan proses belajar mengajar akan memperlihatkan kekuasaan mutlak atas anak didiknya. Ia jarang bercanda dan berkata – kata yang lembut dengan anak didiknya. Suasana kelas menjadi tenang dan teratur. Anak didik akan merasa takut dan tegang belajar bersama guru dengan tipe seperti ini.Guru dengan gaya otoriter cenderung akan menciptakan anak didik yang suka membisu, tidak berani mengemukakan pendapat, dan penakut.
2. Gaya laissez faire. Guru dengan gaya laissez faire selama dalam kegiatan belajar mengajar bertindak masa bodoh, tidak mau tahu dengan anak didiknya. Sehingga suasana kelas akan menjadi gaduh dan bisa menurunkan kualitas sekolah. Guru seperti ini kurang berwibawa dimata anak didiknya. Guru dengan gaya seperti ini hendaknya perlu bersikap lebih tegas lagi dalam mengelola kelas.
3. Gaya demokrasi. Guru dengan gaya demokrasi akan bisa mengajar dengan baik. Ia mampu menghadirkan hatinya dalam mengajar dan mampu memotivasi anak didik dalam belajar. Anak didik akan merasa nyaman dan senang bila diajar oleh guru yang seperti ini.
Jadi belum tentu bila suasana kelas tenang, tidak ada kegaduhan dalam kelas berarti guru sudah bisa mengelola kelas dengan baik Hal itu juga tergantung dengan suasana hati para siswanya. Jika siswa tenang dan tidak membuat keributan dalam kelas karena takut dengan gurunya itu berarti guru tersebut belum bisa menghadirkan hatinya dalam mengajar. Guru bersikap tegas dan keras juga punya maksud yang baik, agar siswanya mau memperhatikan pelajaran. Tetapi mungkin cara guru yang seperti itu kurang benar karena bisa membuat takut siswa, bahkan siswa bisa menjadi benci terhadap guru tersebut. Sebaliknya bila kelas ramai dan gaduh tidak berarti guru belum bisa mengelola kelas dengan baik. Jika siswa ramai karena menjawab pertanyaan dari guru dan aktif dalam kegiatan belajar, maka hal itu justru menjadi kelas yang baik . Guru yang cerdas namun memiliki pribadi yang kaku dan kurang bisa membimbing, pasti tidak banyak memberi pengaruh kepada anak didiknya. Sebaliknya guru yang cerdas dan memiliki pribadi yang hangat akan mampu memberi pengaruh untuk masa depan anak didik lewat kata- katanya. Biasanya kata – kata guru akan menancap pada hati anak didik. Apalagi kalau anak didik masih usia SD, mereka biasanya lebih mematuhi nasehat yang dikatakan gurunya dari pada apa yang dikatakan oleh orang tuanya sendiri.Guru diharapkan juga bisa memotivasi atau membangkitkan minat anak didik dalam belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memelihara rasa ingin tahu mereka. (DEWI)

Sekolah : Mengajar atau mendidik ?


Kita sebagai guru bila diberi pertanyaan semacam itu “ sekolah mengajar atau mendidik ? “, saya yakin pasti akan banyak yang memberi jawaban “ mengajar dan mendidik “. Sebagai guru kita memang mempunyai tugas yaitu mengajar, memberi ilmu pengetahuan pada anak didik kita. Sehingga anak menjadi orang yang berpendidikan. Disamping mengajar kita juga mempunyai tugas untuk mendidik anak. Sehingga tingkah laku atau perbuatan anak mengarah ke hal-hal yang positif. Tetapi bila kita disuruh memilih salah satu “ sekolah mengajar atau mendidik ? “. Jawaban apa yang akan kita berikan, mengajarkah ? atau mendidik ?

Pendidik pertama dan utama adalah orang tua. Orang tua yang pertama-tama mengajarkan kepada anak pengetahuan akan Allah, pengalaman tentang pergaulan. Sedangkan sekolah merupakan pembantu orang tua pada bidang yang tidak dapat ditangani oleh orang tua sendiri, yaitu bidang pengajaran. Pembentukan watak anak jusrtu bagian pendidikan yang tidak boleh diserahkan orang tua kepada orang atau instanssi lain. ( Sekolah mengajar atau mendidik ?. S.I.G.M. Drost, SJ )

Proses pendidikan akan kacau dengan segala akibat negaatifnya, saat pembantu orang tua ( sekolah / guru ) mengeser kedudukan orang tua sebagai pendidik. Jika orang tua memberikan hak sepenuhnya kepada guru untuk mendidik anak, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah hubungan anak dan orang tua tidak lagi harmonis. Orang tua terkesan tidak mau tahu dengan perkembangan psikologi anak. Agar proses pendidikan tidak kacau, maka perlu pembagian tugas. Setiap pembantu orang tua mempunyai tugas sendiri-sendiri. Pada bidang tugas itu mereka berwenang penuh, diluar bidanngnya hanya sebagai penasehat.

Tujuan utama orang tua menyekolahkan anaknya yaitu supaya pintar. Jadi jangan sampai ada yang mengatakan : sekolah “ A” muridnya kurang pintar, tetapi watak atau perbuatannya sangat baik. Sekolah yang sadar akan tanggung jawab terhadap penugasan dari orang tua harus berfungsi sebagai lembaga pengajaran. Maka seekolah perlu menciptakan proses belajar mengajar yang lancar. Sekolah juga perlu mengadakan berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler, sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar sejau membantu orang tua dalam mendidik anak. Kegiatan ekstrakulikuler hendaknya didasari keiklasan dan kebebasan sejauh dibutuhkan anak dan diinginkan orang tua. Semakin besar kota dengan segala fasilitasnya, maka semakin kurang keharusan sekolah untuk mengadakan berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler karena pada umumnya sudah tersedia di keluarga atau kota. Contohnya sekolah tidak harus mengadakan kegiatan musik atau band bila dirumah atau kota sudah tersedia stodio untuk latihan band dan anak – anak atau murid-muridnya sudah terbiasa latihan di stodio tersebut. Salahlah sekolah yang mengaruskan amak tinggal disekolahan dari pagi samapi sore hari. Karena hal itu berarti mengambil alih tugas dari orang tua apa yang tidak boleh diserahkan begitu saja pada orng atau instansi lain, yaitu pendidikan dalam keluarga. (DEWI)