Monday, March 16, 2009

GURU YANG IDEAL



Menjadi guru yang ideal ternyata tidak mudah karena tugas guru bukan hanya memberikan pelajaran ilmu pengetahuan saja, tetapi juga dituntut untuk mendidik, membimbing dan membentuk karakter yang baik bagi para siswanya. Maka hendaknya setiap guru mampu meningkatkan kualitas pribadinya menjadi guru yang cerdas intelektualnya, cerdas emosinya dan juga cerdas spiritualnya. Guru yang cerdas intelektualnya akan mampu mengajar dengan berbagai cara. Misalnya cara visual. Hal ini cocok bagi anak – anak yang tipe visual. Yang berarti anak dengan mudah menyerap pelajaran dengan mengandalkan mata. Cara audio ( ceramah ), cocok bagi anak –anak tipe audio yaitu anak didik yang mampu menyerap pelajaran dengan mudah dengan mengandalkan telinga. Atau mengajar dengan mengunakan alat peraga. Hal ini cocok bagi anak dengan tipe kinestesi, yaitu belajar dengan banyak melakukan gerakan anggota badan ( Quantum Teaching, Dobbi Peporter ). Bila guru menerapkan ketiga cara mengajar tersebut maka besar kemungkinan semua anak didiknya akan mengalami perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu diharapkan guru juga kreatif. Guru kreatif adalah guru yang banyak akal dalam melaksanakan tugas kesehariannya sebagai pendidik. Sedangkan guru yang hanya mengajar secara monoton tidak bisa disebut kreatif. Guru yang kreatif merasa dirinya harus belajar terus dan harus menguasai berbagai metode mengajar. Guru yang seperti ini tidak mudah puas dengan apa yang sudah diperoleh dan diterapkannya dalam mengajar. Siswa tidak akan merasa bosan bila diajar oleh guru yang kreatif.

Tetapi guru juga manusia biasa. Dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik mereka memiliki gaya yang berbeda – beda. Pada dasarnya ada tiga gaya guru dalam mengajar:
1. Gaya otoriter. Guru yang otoriter selama dalam kegiatan proses belajar mengajar akan memperlihatkan kekuasaan mutlak atas anak didiknya. Ia jarang bercanda dan berkata – kata yang lembut dengan anak didiknya. Suasana kelas menjadi tenang dan teratur. Anak didik akan merasa takut dan tegang belajar bersama guru dengan tipe seperti ini.Guru dengan gaya otoriter cenderung akan menciptakan anak didik yang suka membisu, tidak berani mengemukakan pendapat, dan penakut.
2. Gaya laissez faire. Guru dengan gaya laissez faire selama dalam kegiatan belajar mengajar bertindak masa bodoh, tidak mau tahu dengan anak didiknya. Sehingga suasana kelas akan menjadi gaduh dan bisa menurunkan kualitas sekolah. Guru seperti ini kurang berwibawa dimata anak didiknya. Guru dengan gaya seperti ini hendaknya perlu bersikap lebih tegas lagi dalam mengelola kelas.
3. Gaya demokrasi. Guru dengan gaya demokrasi akan bisa mengajar dengan baik. Ia mampu menghadirkan hatinya dalam mengajar dan mampu memotivasi anak didik dalam belajar. Anak didik akan merasa nyaman dan senang bila diajar oleh guru yang seperti ini.
Jadi belum tentu bila suasana kelas tenang, tidak ada kegaduhan dalam kelas berarti guru sudah bisa mengelola kelas dengan baik Hal itu juga tergantung dengan suasana hati para siswanya. Jika siswa tenang dan tidak membuat keributan dalam kelas karena takut dengan gurunya itu berarti guru tersebut belum bisa menghadirkan hatinya dalam mengajar. Guru bersikap tegas dan keras juga punya maksud yang baik, agar siswanya mau memperhatikan pelajaran. Tetapi mungkin cara guru yang seperti itu kurang benar karena bisa membuat takut siswa, bahkan siswa bisa menjadi benci terhadap guru tersebut. Sebaliknya bila kelas ramai dan gaduh tidak berarti guru belum bisa mengelola kelas dengan baik. Jika siswa ramai karena menjawab pertanyaan dari guru dan aktif dalam kegiatan belajar, maka hal itu justru menjadi kelas yang baik . Guru yang cerdas namun memiliki pribadi yang kaku dan kurang bisa membimbing, pasti tidak banyak memberi pengaruh kepada anak didiknya. Sebaliknya guru yang cerdas dan memiliki pribadi yang hangat akan mampu memberi pengaruh untuk masa depan anak didik lewat kata- katanya. Biasanya kata – kata guru akan menancap pada hati anak didik. Apalagi kalau anak didik masih usia SD, mereka biasanya lebih mematuhi nasehat yang dikatakan gurunya dari pada apa yang dikatakan oleh orang tuanya sendiri.Guru diharapkan juga bisa memotivasi atau membangkitkan minat anak didik dalam belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memelihara rasa ingin tahu mereka. (DEWI)

No comments:

Post a Comment